Jumat, 16 Desember 2011

Jenggot



Aneh ya judulnya?. Mmm…, sebenernya sih ini ada hubungannya dengan aku. Ya, jenggot adalah rambut yang tumbuh di dagu kaum adam. Bagi kita umat Islam, jenggot merupakan sunah. Lha, lantas apa hubungannya dengan aku?.

Mungkin sudah takdirku kali ya, aku gak bisa punya jenggot. Padahal aku pengen banget punya jenggot. Jenggot yang panjangnya bisa sampai segenggaman tangan. Eits…, nati dulu. Aku pengen punya jenggot bukan untuk gagah gagahan, atau bukan pengen ikut-ikutan Ahmad Dani (personil grup band Dewa) atau niru – niru Pepy (personil Tawa Sutra). Aku pengen punya jenggot karena aku pengen seperti idolaku, Muhammad Salawllah hu ‘alaihi wasalam.

Rasulullah Berjenggot

Emang sih, aku gak pernah jumpa sama Rasullah, tapi aku tau kalo Rasulullah itu punya jenggot. Eits,ntar dulu. Bukannya aku sok tau, tapi aku tau dari Anas bin Malik. Anas bin Malik merupakan pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau mengatakan :

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah laki-laki yang berperawakan terlalu tinggi dan tidak juga pendek. Kulitnya tidaklah putih sekali dan tidak juga coklat. Rambutnya tidak keriting dan tidak lurus. Allah mengutus beliau sebagai Rasul di saat beliau berumur 40 tahun, lalu tinggal di Makkah selama 10 tahun. Kemudian tinggal di Madinah selama 10 tahun pula, lalu wafat di penghujung tahun enam puluhan. Di kepala serta jenggotnya hanya terdapat 20 helai rambut yang sudah putih.
(Lihat Mukhtashor Syama’il Al Muhammadiyyah, Muhammad Nashirudin Al Albani, hal. 13, Al Maktabah Al Islamiyyah Aman-Yordan. Beliau katakan hadits ini shohih)


Sunnah Memelihara Jenggot

Ya, jengot merupakan sunah bagi kita umat islam. Kok sunah?. Ya, karena Rasullah sendiri yang menyuruh kaum Adam untuk memelihara jenggot, sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma :

انْهَكُوا الشَّوَارِبَ ، وَأَعْفُوا اللِّحَى
Cukur habislah kumis dan biarkanlah (peliharalah) jenggot.
(HR. Bukhari no. 5893)

أَحْفُوا الشَّوَارِبَ وَأَعْفُوا اللِّحَى
Potong pendeklah kumis dan biarkanlah (peliharalah) jenggot.”
(HR. Muslim no. 623)

Dan juga juga hadist yang diriwayatkan Abu Huroiroh radhiyallahu ‘anhu,

جُزُّوا الشَّوَارِبَ وَأَرْخُوا اللِّحَى خَالِفُوا الْمَجُوسَ

“Pendekkanlah kumis dan biarkanlah (perihalah) jenggot dan selisilah Majusi.
(HR. Muslim no. 626)

Dalam sebuah kisah, diceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga nggak suka melihat orang yang jenggotnya dalam keadaan tercukur. Hal ini terjadi ketika Kisra (penguasa Persia) mengutus dua orang untuk menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka menemui beliau dalam keadaan jenggot yang tercukur dan kumis yang lebat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak suka melihat keduanya. Beliau bertanya :

”Celaka kalian! Siapa yang memerintahkan kalian seperti ini?” Keduanya berkata, ”Tuan kami (yaitu Kisra) memerintahkan kami seperti ini.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Akan tetapi, Rabb-ku memerintahkanku untuk memelihara jenggotku dan menggunting kumisku.”
(HR. Thabrani, Hasan. Dinukil dari Minal Hadin Nabawi I’faul Liha)

Panjang Jenggot

Ulama beda pendapat dalam hal panjangnya jenggot :

Imam Malik memakruhkan jenggot yang dibiarkan panjang sekali. Sebagian ‘ulama yang lain berpendapat bahwa panjang jenggot yang boleh dipelihara adalah segenggaman tangan. Bila ada kelebihannya (lebih dari segenggaman tangan) mesti dipotong. Sebagian lagi memakruhkan memangkas jenggot, kecuali saat haji dan umrah saja (Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, hadits no. 383)

Imam An-Nawawi menyatakan, bahwa yang lebih tepat adalah membiarkan jenggot tersebut tumbuh apa adanya, tidak dipangkas maupun dikurangi (Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, juz 3, hal. 151)

Imam At-Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits dari ‘Amru bin Syu’aib, dari bapaknya dari kakeknya :

Bahwasanya Rasulullah Saw memangkas sebagian dari jenggotnya, hingga panjangnya sama Diriwayatkan juga, bahwa Abu Hurairah dan Ibnu ‘Umar memangkas jenggot jika panjangnya telah melebihi genggaman tangan.
(Imam Zarqâniy, Syarah Zarqâniy, juz 4, hal
. 426)

Nah, hadist di atas menunjukan bahwa jenggot nggak dibiarin panjang gitu aja, tapi boleh saja dipangkas, yang penting gak sampe habis.

Kesimpulan
1. Kumis
Dalam hal ini ulama berbeda pendapat, ada yang bilang kumis dicukur habis, sedangkan yang lain berpendapat bahwa kumis gak dicukur habis, tapi dipotong sampai tampak ujung bibir. Kalo menurut aku sih terserah aja mau pilih yang mana, dicukur abis silahkan, mau nggak juga silahkan. Soalnya masing masing punya dalil.

2. Jenggot
Kalo masalah ini sih menurut aku (berdasarkan dalil), memelihara jenggot tu hukumnya Sunnah, mencukur sebagian jenggot tu hukumnya Mubah, sedangkan mencukur habis tu hukumnya Makruh.

Yah itulah alasanku pengen punya jenggot, untuk meniru idolaku, Muhammad Salawllahhu ‘alaihi wasalam (menjalankan sunnah). Jujur, aku iri kalo ngeliat orang yang punya jenggot, habis pengee...n. Tapi mungkin Allah belum mempercayakan aku untuk punya jenggot. Aku sempet kepikiran untuk melakukan saran dari temanku untuk numbuhin jenggot pakai kemiri dibakar,kelapa dibakar atau minyak firdaus. Tapi kemudian aku berfikir, Allah lebih tau apa yang terbaik untukku. Lagian masih banyak sunnah lain yang bisa aku lakukan.

So, buat kalian yang dianugerahi jenggot. Syukurilah pemberian Allah itu dengan memeliharanya.OK!.

Wallahualam Bishawab

Template by:
Free Blog Templates