Rabu, 20 April 2011

Ni Die Pemimpin

( Oleh : Mitsu IQRA’ )


Minggu, 10 April 2011, dengan mengendarai sepeda motor ‘’Supra’’pinjaman (he..he..7x) aku silaturahim kerumah pak Ata Sutisna (60 tahun) di desa Sialang Palas, Kecamatan Lubuk Dalam, Kabupaten Siak. Suami dari Umi Yayah Sofiah (50 tahun) ini mempunyai 4 orang anak yaitu Nandang Awaludin (32 tahun), Dede Hendar Kamalludin (30 tahun), Riska Triana Sari (24 tahun)dan Rika Maya Sari (21 tahun). Beliau juga merupakan mertua dari 3 orang mantu yaitu Wiwi Khairani (31), Rima (22) dan Angga serta kakek dari 3 orang cucu yaitu Astrid Aulia Khairani (3 tahun), Jeni Amanda (10 bulan) dan Bayu Anggara Putra (2 tahun).


Saat ngobrol dengan beliau, aku Cuma bisa geleng-geleng dan ngangguk-ngangguk aja saking asyik dan kagumnya dengan cerita beliau. Sesekali pertanyaan juga meluncur dari bibir ku. Pada pertemuan pertama kali itu, pak Ata banyak menceritakan tentang dirinya. Banyak pesan yang aku tangkap dari cerita pak Ata. Dari cerita beliau ku ambil key word “Pemimpin”.


Pak Ata Sutisna adalah seorang Pemimpin. Beliau memimpin Rombongan yang menerima proyek penanaman Kelapa Sawit. Proyek penanaman kelapa Sawit yang beliau kerjakan ini sih biasanya memakan waktu 2 – 6 bulan. Beliau sangat disayangi oleh bawahannya, disegani oleh teman dan dihormati oleh atasan. Banyak tawaran proyek yang datang kepada beliau sehingga terkadang membuat iri rekan-rekan beliau. Mengapa demikian?. Ni die….


1. Menyayangi Bawahan

Seorang pemimpin, tentu harus menyayangi bawahannya. Hal ini biar orang yang di pimpin juga sayang sama pemimpinnya. Rasa sayang bisa diungkapin dengan bermacam cara. Diantaranya perhatian, dan perhatian bisa diwujudkan dengan nesahet.


وَعَنِ النُّعْمَانِ بِنْ بشِيْرٍرَضِىَ اللّهِ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللّهِ ص م مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمهِمْ وَتَعَا طُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ اِذَااشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُالْجَسَدِبِاالشَّهْرِوَالْحُمَّى متفق عليه


Artinya: Dari An-Nu’man bin Basyir r.a barkata, Rasulullah berkata, perumpaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan kasih mengasihi adalah seperti satu tubuh, dimana apabila ada salah satu anggota tubuh yang mengaduh kesakitan maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakannya yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.

( Bukhori Muslim)


Sebagai seorang Pemimpin, pak Ata sangat menyayangi bawahannya. Hal ini beliau tunjukan dengan senantiasa memberikan nasihat kepada bawahannya. Bukan hanya nasehat untuk perbaikan kinerja bawaahannya, tetapi juga nasehat untuk perbaikan ruhani dan akhlak. Jadi, selain menjadi seorang pimpinan, beliau juga menjadi orang tua sekaligus ustadz bagi bawahannya.


2. Nggak Mikirin Diri Sendiri

Seorang pemimpinyang baek nggak boleh mikirin diri sendiri. Ia harus memikirkan orang yang dipimpinnya. Emang sih, dizaman yang dipenuhi manusia-manusia berotak kapitalis susah nemuin pemimpin yang peduli sama orang yang dipimpinnya. Yang ada malah manfaatin orang yang dipimpinnya.


“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”

(QS. Al-’Ashr : 1-3)


“Dan tolong-menolong engkau semua atas kebaikan dan ketaqwaan.”

(QS. Al-Maidah : 2)


Sebagai seorang pemimpin, pak Ata nggak pernah mikirin diri sendiri. Pernah kejadian, ketika menangani salah satu proyek, lahan yang udah ditanami Kelapa Sawit oleh bawahan beliau terbakar. Waktu itu, pemilik lahan nggak mau bayar dan minta diulangi. Tentu aja pak Ata nggak terima. Beliau minta tetap dibayar, karena proyek penanaman itu udah selesai (Kelapa Sawit udah selesai ditanam), dan yang paling penting, kebakaran itu bukan akibat kelalaian beliau dan anak buahnya.


Sebenarnya, sikap nggak terima pak Ata ini bukan karena beliau merasa diri pribadi beliau dirugikan, akan tetapi karena beliau nggak mau bawahan beliau yang sudah bekerja keras dan bersusah payah menyelesaikan proyek penanaman Kelapa Sawit ini dirugikan alias nggak dibayar. Seandainya Cuma beliau saja yang dirugikan, beliau nggak akan mempermasalahkannya.


Pernah juga saat menangani proyek penanaman Kelapa Sawit yang lain, lahan yang akan ditanami ternyata nggak semulus yang dibayangkan. Lahan yang akan ditanami Kelapa Sawit itu ternyata banyak kayu-kayu besar melintang sehingga bibit sawit yang seharusnya bisa diangkut sampe ke lokasi harus dilansir dengan berjalan kaki menempuh jarak berkilo – kilo. Kalo cuma mikirin diri sendiri mungkin pak Ata nggak akan mempermasalahkan itu. Tapi karena beliau juga mikirin kesejahteraan bawahannya maka beliaupun menego kan ulang tentang pembayaran dengan pemilik lahan.


3. Arif dan Bijaksana

Arif dan bijaksana gampang diucapin, tapi susah buat di praktekin. Terutama buat pemimpin yang memimpin orang-orang yang punya sifat bermacam-macam. Arif dan bijaksana bisa dilihat saat pemimpin menghadapi suatu masalah atau menghadapi anak buahnya yang bermasalah. Misalnya aja saat nasehatin orang yang dipimpin. Buat nasehatin orang yang dipimpin harus liat momen yang tepat. Bukan sembarangan. Karena, kalo waktunya nggak tepat bukannya menyadari kesalahan, orang yang dipimpin tersebut malah emosi.


Begitu juga pak Ata. Saat tau kerjaan anak buahnya nggak becus, beliau nggak langsung menegur di lokasi kerja. Beliau tau, bawahannya udah kerja keras, berpanas-panasan dan kondisi fisik juga capek. Malam harinya beliau baru mendatangi barak-barak bawahannya untuk memberikan nasehat. Sebelum ngasih nasehat, beliau selalu bertanya “Sudah makan belum?.”. Kalo belum, dipersilahkan bawahannya makan dulu. Kalo udah makan, dimulai dengan kata “Maaf sebelunya” beliaupun menasehati bawahannya yang nggak becus atau malas agar kedepanya bisa bekerja lebih baik dan rajin.


4. Bisa Negosiasi

Saat menjalankan kepemimpinan seorang pemimpin pasti banyak menemui masalah, ntah itu masah berat atau ringan. Nah, disinilah seorang pemimpin dituntut bisa negosiasi biar masalah yang ada bisa diselesaikan dengan baik, menyelesaikan masalah tanpa nimbulin masalah baru.


Saat pak Ata menjalankan proyek penanaman Kelapa Sawit, kadang kala lahan yang akan ditanami berada diwilayah yang agak rawan. Untuk menjaga keselamatan bawahan dan agar proyek berjalan lancar pak Ata menjumpai tokoh-tokoh masyarakat setempat, kepala desa, tokoh agama, ketua pemuda bahkan sampai bos preman pun beliau temui untuk “pamit” dulu. Berkat negosiasi yang bagus, Alahmdulillah proyekpun berjalan lancar.


5. Pemaaf dan Memberi kesempatan

Allah Subhana Wata’ala yang nyiptain manusia aja selalu maafin hamba-NYA yang berbuat salah dan selalu ngasih kesempatan kepada hamba-NYA untuk memperbaiki kesalahannya. Apalagi manusia yang diciptakan sama Allah, sudah sewajarnya juga memaafkan kesalahan sesama makhluk ciptaan Allah.


Dalam surat Al - A’raaf Allah udah bilang :


Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh

(QS. Al - A’raaf : 199)


Dalam surat Ali Imran Allah juga bilang :


(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

(QS. Ali Imran : 134)



Dalam menangani bawahannya yang bandel, pak Ata memberikan 3 kali maaf dan 3 kali kesempatan kepada bawahannya untuk berubah. Kalo udah 3 kali gak berubah-berubah juga, nah kesalahan yang ke 4 tinggal ngucapin God Bye sama bawahanhya yang bandel itu.


Pernah kejadian, ada bawahannya yang bandel. Udah dikasih 3 kali kesempatan eh nggak berubah-berubah juga!. Akhirnya yang ke 4 kalinya pak Ata ngucapin God Bye sama bawahannya. Apa yang terjadi setelah itu?. He…he…7x, ternyata bawahannya yang bandel itu “ampun-ampun” (minta ampun) kepada pak Ata, biar bisa kerja lagi (sebagai bawahan pak Ata). Yah, emang dasarnya pak Ata itu baik dan pemaaf, pak Ata pun menerima “si bandel” kembali.


6. Menghargai

Nggak banyak orang yang bisa menghargai orang lain, apalagi orang itu cuma orang biasa alias bukan orang penting. Tapi nggak gitu dengan pak Ata. Beliau selalu menghargai orang lain apapun posisi dan status orang itu. Beliau sangat menghargai bawahannya, karena beliau tau kalo nggak ada bawahan, beliau bukanlah apa-apa. Beliau juga tau, beliau bisa jadi pemimpin karena ada yang dipimpin dan yang paling penting, kalo nggak ada bawahan, proyek penanaman Kelapa Sawit nggak akan akan pernah selesai. Ya iya dunk, gimana mau selesai?. Lha nggak ada yang ngerjain!. Selain itu beliau juga nggak pernah bilang jelek hasil pekerjaan bawahannya.


Beliau juga menghargai Preman. Walaupun dimasyarakat Preman dianggap sebagai sampah masyarakat, tapi beliau nggak pernah berpikir seperti itu. Preman juga manusia, yang ingin dihargai. Rasa menghargai itu beliau tunjukan dengan menemui bos preman saat menjalankan proyek atau istilahnya “pamit” dulu. Dan tau nggak?, karena ketulusan beliau dalam menghargai orang tidak sepeserpun uang yang keluar dari kocek beliau untuk membayar Preman itu, seperti yang biasa orang lain lakukan agar proyeknya berjalan aman. Bahkan, kalo pas lagi ketemu dirumah makan, justru Pereman itu yang bayarin pak Ata, Subhanallah.


7. Bertanggung Jawab (Amanah)

Pemimimpin wajib bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Karena seorang pemimpin akan diminta pertanggung jawabannya, bukan cuma di dunia, tapi juga di akhirat.


"Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang di pimpinnya, Seorang penguasa adalah pemimpin bagi rakyatnya dan bertanggung jawab atas mereka, seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atasnya. Seorang hamba sahaya adalah penjaga harga tuannya dan dia bertanggung jawab atasnya.

(HR Bukhari)


Begitu juga dengan pak Ata, sebagai seorang pemimpin beliau bertanggung jawab atas nasib bawahannya. Beliau nggak mau saat selesai menjalankan proyek penanaman Kelapa Sawit anak buahnya nggak ngedapetin apa-apa (kocek kosong melompong), atau saat pulang kerumah cuma dapet uang sedikit. Makanya beliau nggak segan-segan untuk menego ulang pembayaran kalo dirasakan antara pembayaran dengan proyek yang dikerjakan nggakk cocok.


Pak Ata nggak cuma nunjukin rasa tanggung jawab materil, tapi juga moril. Hal ini beliau tunjukin dengan selalu berkeliling barak-barak peristirahatan buat nasehatin bawahannya. Beliau juga siap menjadi tempat curhat bagi bawahannya yang punya masalah. Hasilnya nggak ngecewain, banyak anak buahnya yang mulanya akhlaknya jelek setelah dinasehatin jadi lebih baik.


Nah, itulah 7 sikap (menurut Mitsu IQRA’) yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang udah dicontohin oleh pak Ata. Mudah-mudahan kita bisa mengaplikasikan 7 sikap pemimpin diatas. Mohon Maaf kalo ada kesalahan atau kekurangan. Sok, Jadilah pemimpin terbaik bagi orang yang anda pimpin!.


Wallahualam Biswhawab

0 komentar:

Posting Komentar

Tulis komentar anda di sini

Template by:
Free Blog Templates