Kamis, 22 Juli 2010

Gantungkan Cita – Cita Mu Setinggi Langit


Oleh Mitsu IQRA’

(Edisi Revisi)


Gantungkan Cita – Cita Mu Setinggi Langit” Mungkin semua kita pernah mendengar kata – kata ini, kata yang sering di ucapkan orang – orang tua dulu kepada anaknya Walaupun saat ini ucapn itu sudah jarang kita dengar.


Tahukah kita, kenapa harus setinggi langit?. Bukan setinggi pohon kelapa atau setinggi menara eifel?. Padahal langit itu tidak kita ketahui ujungnya. Ternyata orang tua dulu memang sangat bijak. Mereka menyimpan makna yang dalam di balik kata – kata itu.


Langit tidak kita ketahui batasan tingginya, Maksudnya adalah kita disuruh untuk terus belajar dan berbuat tanpa henti hingga ajal menjemput, dengan kata lain kita di suruh untuk belajar tanpa batas/henti.


Kalaulah kata langit di ubah mnjadi kata pohon kelapa atu menara eifel atau benda – benda tinggi yang lain maka benda – benda itu semua ada batasannya, dengan kata lain masih mungkin kita jangkau, maka setelah kita mencapai ujungnya (puncak) maka kitapun akan berhenti.


Takjubkan?. Ternya kata – kata bijak orang tua dulu itu memenag punya makna yang dahsyat!.

Belajar indentik dengan menuntut ilmu. Dalam Islam, menuntut ilmu itu memang wajib. Tidak di bedakan apakah ia pria ataupu wanita, dua-dua nya wajib menuntut ilmu. Hal ini sebagaimana dalam sebuah hadis :


Thalabul ‘ilmi faridhotun ‘ala kulli muslimin wa muslimatin

Artinya : Mencari ilmu itu wajib bagi setiap orang islam laki-laki dan perempan

(HR. Ibnu Abdul Barr)


Likulli syai-in thoriiqun wa thoriiqul jannati al’ilmu

Artinya : Bagi tiap-tiap sesuatu ada jalannya, dan jalan ke Syurga adalah ilmu.



"Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya dan barangsiapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula. dan barangsiapa yang menginginkan keduanya wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula".

(HR. Bukhari dan Muslim)

Menuntut ilmu juga merupakan suatu mal ibadah yang akan di ganjar pahala oleh Allah SWT. Nabi Muhammad saw bersabda:


"Sungguh sekiranya engkau melangkahkan kakinya di waktu pagi (maupun

petang), kemudian mempelajari satu ayat dari Kitab Allah (Al-Quran), maka

pahalanya lebih baik daripada ibadat satu tahun".


Dalam hadist lain dinyatakan :


"Barang siapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia telah termasuk

golongan sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah) hingga ia sampai pulang kembali".


Belajar atau menuntut ilmu bisa dengan siapa saja, bahkan dengan seorang anak kecilpun kita bisa mendapatkan ilmu. Masak iya sih?. Ilmu apa tuh?.


Coba kamu perhatikan adik, keponakan atau anak tetangga kita yang punya anak kecil. Ketika mereka (anak kecil) berkelahi dengan temannya, mereka pasti saling bermusuhan. Tapi waktu bermusuhan mereka tidak lama. Selang satu atau dua jam, atau paling lama satu hari mereka akan bertegur sapa kembali dan bermain bersama kembali.


juga punya pengalaman sendiri dalam hal ini dengan keponakan saya. Saya suka nggangguin keponakan saya. Pernah waktu itu sampai nangis. Waktu itu dia marah sekali, sampai-sampai saya dekati dia pergi. Tapi sikap keponakan saya itu Cuma bertahan satu jam. Setelah satu jam, keponakan saya itupun kembali bercanda rias dengan saya seperti nggak ada masalah sebelumnya.


Apa yang bisa dipetik dari tingkah anak kecil di atas?. Yang dapat kita petik adalah pelajaran bahwa kita tidak boleh saling mendendam dan harus saling memaafkan. Anak kecil saja tidak membutuhkan waktu yang lama untuk saling memafkan, lantas bagaimana dengan orang dewasa yang ngakunya juga berpikiran dewasa dan bersikap dewasa?. Jangan sampai kita yang ngakunya dewasa tapi malah bersikap dan berfikiran seperti anak kecil!!!. So, jangan malu belajar kepada anak kecil.


Nah, setelah kita menunaikan kewajiban untuk banyak-banyak belajar, kita masih mempunyai kewajiban lho!. Apa tu?. Yup, kewajiban berikutnya adalah mengamalkan plus mengajarkann ilmu-ilmu yang telah kita dapat kepada orang lain sehingga ilmu itu bermanfaat, baik untuk diri kita sendiri maupun bagi orang lain.


Mengajarkan ilmu merupakan pekerjaan mulia. Bahkan Nabi pun diutus ke dunia ini mengemban tugas mulia yaitu untuk mengajar, sebagaimana sabdanya :


"Aku diutus ini, untuk menjadi pengajar"

(HR. Baihaqi)


Ilmu memang harus diajarkan kepada orang laian. Hal ini agar ilmu itu tidak mengendap. Ibaratkan air, jika air itu tidak mengalir atau mengendap maka yag terjadi adalah air itu akan berwarna keruh dan menimbulkan bau busuk seperti comberan. Namun jika air itu mengalir maka air itu akan senantiasa jernih dan menyegarkan seperti air sungai.


Nah, buat orang yang mempunyai ilmu tapi nggak mau bagi-bagi ilmunya sama orang lain akan diganjar oleh Allah dengan kekangan dari apai neraka. Nabi saw bersabda :

"Barang siapa ditanya tentang sesuatu ilmu, kemudian menyembunyikan (tidak mau memberikan jawabannya), maka Allah akan mengekangkan (mulutnya), kelak dihari kiamat dengan kekangan ( kendali) dari api neraka".

(HR Ahmad)


Uda tau kan kenapa orang-orang tua dulu selalu ngasih nasehat kepada anak dan cucunya untuk Menggantungkan cita-cita setinggi langit?. So, mulai saat ini ayo kita bulatkan tekad kita untuk belajar dan menuntut ilmu tanpa henti sampai ruh kita dijemput oleh Izrail. Jangan lupa amalkan ilmu yang telah didapat dan mengajarkannya kepada orang lain. Dan yang paling penting niatkan semunya hanya untuk mendapatkan ridho Allah SWT. Amin.


Sebagai penutup tulisan ini, saya cantumkan sepuluh wasiat Khalifah Ali bin Abi Thalib tentang keutamaan ilmu dibandingkan harta :

  1. Ilmu adalah warisan para nabi, sedangkan harta adalah warisan dari Fir’aun, Qarun, dan lain-lain.

  2. Ilmu selalu menjaga orang yang mempunyainya, sedangkan harta dijaga oleh orang yang mempunyainya.

  3. Orang yang berilmu banyak mempunyai teman, sedangkan orang yang berharta mempunyai banyak lawan.

  4. Ilmu apabila diberikan kepada orang lain akan bertambah sedangkan harta bila diberikan akan berkurang.

  5. Ilmuwan sering dipanggil alim, ulama, dan lain-lain. Sedangkan hartawan sering dipanggil bakhil, kikir, dan lain-lain.

  6. Pemilik ilmu akan menerima syafaat pada hari kiamat, sedangkan pemilik harta dimintai pertanggungjawabannya.

  7. Ilmu apabila disimpan tidak akan habis, sedangkan harta bila disimpan akan usang dan lapuk.

  8. Ilmu tidak usah dijaga dari kejahatan, sedangkan harta selalu dijaga dari kejahatan.

  9. Ilmu tidak memerlukan tempat, sementara harta memerlukan tempat.

  10. Ilmu akan menyinari hati hingga menjadi terang dan tenteram, sedangkan harta akan mengeraskan hati.



0 komentar:

Posting Komentar

Tulis komentar anda di sini

Template by:
Free Blog Templates