Jumat, 29 Juli 2011

Kupetik Di Perjalanan



Jangan Lupa Do’a


Minggu, 29 Mei 2011 dengan. menggunakan Bus Siliwangi Antar Nusa (SAN) tipe Eksekutif (Volvo) aku, mamak dan mbah ku berangkat ke rumah Bi Darsih di Bandung, tepatnya di kampung Babakan Cinta, desa Pasir Halang, kecamatan Cisarua kabupaten Bandung Barat . pukul 15.30, aku berangkat dari dari loket Bus, Jl. Garuda Sakti, Panam, Pekanbaru - Riau sedangkan Mamak dan Mbahku nunggu di Lirik.


قَالَ ثُمَّ ثَلاَثًا، كَبَّرَ ، سَفَرٍ إِلَى جًا خَارِ هِ بَعِيْرِ عَلَى اسْتَوَى إِذَا كَانَ سلم و عليه الله صلى اللهِ لَ سُوْ رَ نَّ أَ ؛ عُمَرَ ابْنِ عَنِ

الْعَمَلِ وَمِنَ .التَّقْوَى وَ الْبِرَّ هَذَا نَاسَفَرِ فِي نَسْأَلُكَ إِنَّا ! اَللّهُمَّ .لَمُنْقَلِبُوْنَ رَبِّنَا إِلَى وَإِنَّا .مُقْرِنِيْنَ لَهُ كُنَّا وَمَا هَذَا لَنَا سَخَّرَ الَّذِي سُبْحَانَ

أَعُوْذُ إِنِّي ! اَللّهُمَّ .اْلأَهْلِ فِي وَالْخَلِيْفَةُ .السَّفَرِ فِي حِبُ الصَّا أَنْتَ اَللّهُمَّ ! .بُعْدَهُ عَنَّااطْوِ وَ .هَذَا سَفَرَنَا عَلَيْنَا هَوِّنْ ! اَللّهُمَّ .تَرْضَى مَا

عَابِدُوْنَ، تَائِبُوْنَ، آيِبُوْنَ، : فِيْهِنَّ وَزَادَ .قَالَهُنَّ رَجَعَ وَإِذَا .وَاْلأَهْلِ الْمَالِ فِي الْمُنْقَلَبِ، وَسُوْءِ الْمَنْظَرِ، وَكَآبَةِ ِالسَّفَرِ، وَعْثَاء مِنْ بِكَ

حَامِدُوْنَ لِرَبِّنَا


Hadits riwayat Ibnu Umar Radhiyallahu’anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam setelah duduk tetap diatas untanya untuk suatu perjalanan, beliau mengucapkan takbir (Allahu Akbar) tiga kali. Susudah itu mengucapkan: “Maha Suci Dzat yang telah , Maha Suci Allah yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami. Ya Allah! Sesungguhnya kami meminta kepada Engkau supaya dalam perjalanan ini kami memperoleh kebaikan dan taqwa dan amal yang Engkau sukai. Ya Allah! Mudahkanlah untuk kami perjalanan kami ini dan pendekkanlah bagi kami perjalanan yang jauh. Ya Allah! Engkaulah kawan dalam perjalanan dan Pengganti (untuk memelihara) keluarga. Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau supaya terhindar dari kesulitan perjalanan dan terhindar dari pemandangan yang mengerikan dan terhindar dari mendapati hal yang kurang baik berkenaan dengan harta dan keluarga setelah kembali.” Setelah beliau kembali (dari perjalanan) beliau mengucapkankan yang tersebut tadi dan menambah dengan “(Kami) orang-orang yang kembali, orang-orang yang taubat, orang-orang yang memuja Tuhan kami dan memujiNya.”


Jahil

Disepanjang perjalanan operator Bus memutar kaset lagu-lagu yang gambarnya ditampilkan melalui TV. Lagu dangdut remix cengeng yang ku sebut ”lagu-lagu jahiliah” itu bikin telingaku gak nyaman. Seandainya aku punya MP3 dan hadset, pasti sudah ku sumbat telingaku dengan hadsed untuk mendengarkan Murotal (bacaan Al-qur’an) atau Nasyid (lagu-lagu penuh hikmah).

Rasanya sayang, jika telinga yang Allah ciptakan ini harus diisi dengan suara dari lagu-lagu jahiliah. Selain itu, yang aku tahu, kebanyakan dengerin musik bisa bikin hati mati. Dan kalo hati udah mati, dijamin susah buat memahami ayat-ayat Allah!. Makannya, komposisi dengerin murotal harus lebih besar daripada persentase dengerin musik (musik nasyid lho, bukan musik jahiliah) minimal 70 banding 30.



Jamak dan Qashar


Pukul 08.15 bus yang ku tumpangi tiba di Lirik, dari situ Mamak dan Mbahku naik. 18.25 Bus berhenti di Rumah Makan Simpang Raya Lirik. Setelah makan dari bekal yang dibawa mamak dari rumah aku pun langsung sholat, tepatnya menjamak dan mengqashar sholat.

Nah, bagi kamu-kamu yang melakukan perjalanan jauh sebaiknya menjamak dan mengqashar sholat, karena apa?. Sholat merupakan Ibadah yang dihukumi wajib, alias gak boleh ditinggalin, dan tidak semua sopir memperhatikan waktu sholat sehingga ketika waktu sholat tiba, bus tidak berhenti. Dan yang lebih penting, Jamak dan Qasahar merupakan kemudahan yang Allah berikan kepada hamb-hamba-NYA yang melakukan syafar (perjalanan jauh).


الْعُسْ بِكُمُ يُرِيدُ وَلاَ لْيُسْرَ ا بِكُمُ اللّهُ يُرِيدُ


Artinya : “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.”

(QS. Al Baqoroh : 185)


Mengerjakan sholat dengan cara dijama’ atau diqoshor ini bukan ngasal, tapi emang dicontohin sama Rasulullah saw, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Malik dari Muadz yang isinya seperti ini :


Bahwasanya pada suatu hari Nabi saw pernah mengakhirkan sholat di waktu peperangan Tabuk kemudian berliau saw pergi keluar dan mengerjakan sholat zhuhur dan ashar secara jama’. Setelah itu beliau saw masuk kemudian keluar dan mengerjakan sholat maghrib dan isya secara jama’.”


Nah, kalo dalil untuk sholat dengan cara diqoshor adalah apa yang diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, Abu Daud dan baihqi dari Yahya bin Yazid, ia berkata,


”Aku bertanya kepada Anas bin Malik mengenai mengqoshor sholat. Ia menjawab, Rasulullah saw mengerjakan sholat dua rakaat jika sudah berjalan sejauh tiga mil atau satu farsakh.”


Oh iya, kalo Bus yang kamu tumpangi nggak berhenti-berhenti juga, sedangkan 2 waktu sholat sudah mau berakhir. Kamu bisa melakukan sholat di dalam mobil dengan bertayamum dengan menggunakan debu yang ada di kursimu atau kursi didepanmu.


حَرَجٍ مِنْ الدِّينِ فِي عَلَيْكُمْ جَعَلَ وَمَا


Artinya : “Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.”

(QS. Al Hajj : 78)



Berbagi Selimut


Di Belilas, seorang penumpang naik dan duduk disebelahku. Saat itu AC bus bikin semua penumpang mengigil. Biasanya Bus yang seperti ini meyediakan bantal dan selimut. Tapi, jatah bantal dan selimut penumpang disebelahku itu entah kemana. Mulanya aku cuek, tapi saat ku lihat penumpang disebelahku menangkupkan tangannya (tanda orang kedinginan), akupun menawarkan selimut ku. Jadinya disepanjang perjalanan ke Bandung, aku berbagi selimut dengan penumpang itu.


Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim Allah akan tutupkan aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hambanya selama hambanya menolong saudaranya. Siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, akan Allah mudahkan baginya jalan ke syurga. Sebuah kaum yang berkumpul di salah satu rumah Allah membaca kitab-kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, niscaya akan diturunkan kepada mereka ketenangan dan dilimpahkan kepada mereka rahmat, dan mereka dikelilingi malaikat serta Allah sebut-sebut mereka kepada makhluk disisi-Nya. Dan siapa yang lambat amalnya, hal itu tidak akan dipercepat oleh nasabnya.

(Abu Hurairah)


Basahan


Buat kawan-kawan semua yang akan melakukan perjalanan jauh jangan lupa bawa basahan dan asoy (kantung pelastik). Karena perjalanan yang jauh bikin badan lekat-lekat dan gerah. Rasa lekat-lekat dan gerah hanya bisa diobati dengan mandi. Kalo mandi pakelah basahan. Basahan yang dipake juga nutupin aurat yang penting. Untuk cewek, gunakan kain jarik dan sarung, dan untuk cowok gunakan celana pendek jojon, yaitu celana pendek yang bisa nutupi pusar dan lutut. Setelah mandi masukan basahan kedalam asoy biar basahan yang udah basah nggak bercampur dengan pakaian kering dan nularin basahnya ke dalam tas.

Pukul 9.00 Bus melanjutkan perjalanan. Bus beberapa kali berhenti di loket untuk mengambil penumpang. Pukul 5.30 Bus memasuki Simpang Rimbo,Jambi. Di perjalanan, Bus bulak balik mengalami kerusakan walhasil pukul 10.00 Bus baru berhenti di Rumah Makan Musi Indah Kecamatan Betung, Kabupaten Muba Sumsel. Pukul 10.30 Bus melanjutkan perjalanan, diperjalanan Bus kembali mengalami kerusakan. Bus baru memasuki provinsi Lampung sekitar pukul 18.20. Pukul 20.00 kami berhenti di rumah makan Lampung, penumpang hanya dikasih kesempatan setengah jam untuk makan, mandi dan sholat. Aku memilih untuk sholat dulu baru makan. Sebenarnya, lekat-lekat dan rasa gerah di badan menggodaku untuk mandi. Tapi aku lebih memilih untuk menahan rasa gak nyaman ini daripada harus mandi tanpa basahan. Sebenarnya aku punya basahan, tapi aku lupa dimana letak basahan didalam tasku.

Dari Muawiyyah bin Haidah Radhiyallahu Anhu,


“Saya pernah bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, manakah di antara aurat-aurat kami yang boleh kami perlihatkan dan manakah yang tidak?’ Beliau menjawab, ‘Peliharalah auratmu kecuali kepada istri atau budak laki-lakimu.’ Saya bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah, bagiamana jika ada sekumpulan orang, apakah mereka boleh saling melihat aurat mereka satu sama lain?’ Beliau menjawab, ‘Jika Engkau bisa, ushakan jangan sampai ada seorang pun yang melihat auratmu!” Saya lalu bertanya lagi, “Kalau salah seorang dari kami dalam keadaan sendirian?” Beliau menjawab, ‘Dia lebih layak malu kepada Allah daripada kepada sesama manusia.”


Hadis diatas menjelaskan bahwa kita lebih layak malu kepada Allah dari pada manusia. Yah, emang sih tempat mandi itu tertutup, tapi itukan Cuma bisa mneghindari dari pandangan manusia. Selain itu aku tau Jin itu sangat senang di WC, dan yang peling penting Jin itu bisa ngeliat aku walaupun aku nggak ngeliat si Jin. Wah, gak kebayang deh kalo Jin itu ngeliat aku mandi tanpa basahan. Selain itu, gimana kalo ada orang iseng yang ngintip atau masang CCTV ditempat mandi itu?. Bisa kasus!.



Sabar Itu Subur


Karena waktu yang diberikan Cuma sebentar, makan ku pun nggak tuntas. Akhirnya mamakku tercinta berinisiatif untuk membungkus nasi yang baru kumakan sedikit itu. Pukul 8.30 kami melanjutkan perjalanan. Di mobil aku melanjutkan makanku dengan lampu temaram. Pukul 11.01 kami tiba di Bandar Lampung. Bus berhenti di Loket, lagi-lagi kesabaran ku diuji. ternyata mobil rusak. ditambah lagi sepanjang perjalanan mbahku mengomel ngomel terus. Akhirnya kamipun menginap di loket Bus itu.

Perjalanan yang gak lancar, pikiran yang suntuk, badan yang pegal-pegal dan gak nyaman karna gak mandi-mandi, ditambah lagi mbahku yang ngomel-ngomel terus membuat aku kesal!. Tapi aku sadar, semua itu nggak ada gunanya. Semakin aku kesal, aku semakin rugi dan musuhku (setan) akan merasa senang atas kekesalanku. Akhirnya karna nggak mau rugi dan nggak mau musuhku senang akupun memilih untuk sabar.


“...Dan para malaikat masuk kepada tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan); keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.

(QS. Ar-Ra’d 13 : 23-24)


Ayam Goreng


Pukul 10.20 Bus pengganti dari Jakarta datang, kamipun yang semula membeli tiket untuk naik eksekutif harus naik bus ekonomi. Pukul 12.58 kami berhenti di Rumah Makan siang malam. Dirumah makan itu aku nyari Ayam Goreng yang kurasakan 2 tahun yang lalu. Tapi sayang, Ayam goreng itu gak ketemu. Sejujurnya, sebenarnya aku nggak terlalu suka dengan ayam goreng. Tapi asal tau aja, ayam goreng yang kucari itu emang bedah, rasanya gurih dan krenyes-krenyes. Dan yang paling penting, Ayam goreng itu adanya Cuma di Lampung. Selain di Lampung, jangan harap bisa ketemu dengan si Ayam Goreng. Yah, jujur aku kecewa karena gak nemuin ayam goring itu, tapi aku ambil aja hikmanya, mungkin emang belum rezeki kali ye. Kalo rezeki kan gak kemana-mana.


Sesungguhnya Tuhanmulah yang meluaskan rezeki bagi siapa yang Ia kehendaki, dan menyempitkannya. Sesungguhnya Ia Maha Mendalam Pengetahuan-Nya, lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya

(Al-Isra 17 : 30)


Burung


Pukul 13. 25 bus melanjutkan perjalanan.Pukul 14.05 kami memasuki pelabuhan merak. Polisi memeriksa mobil Bus yang kami tumpangi. Hasilnya, Polisi menemukan 4 kotak yang yang didalamnya terdapt burung. Kotak pertama berisi 13 ekor Burung (Ijo, kecil dan Murai Batu), kotak kedua berisi 1 ekor Burung Perkutut, kotak ketiga berisi 3 ekor Murai dan kotak keempat berisi 3 ekor burung Kacer. Satu-persatu pemilik kotak disuruh turun dari Bus untuk menjalani pemeriksaan di Pos jaga. Tapi tau nggak, dari 4 kotak yang ditemukan 1 kotak lagi nggak diketahui siapa pemiliknya. Berulang kali petugas menanyakan, nggak ada yang ngaku juga!.

Awalnya kata pemilik kotak burung kedua yang naik ke Bus kembali setelah diperiksa, petugas gak mau di bayar (sogok). Pemilik kotak burung kedua tersebut mengaku sudah menawarkan uang 100.000, tapi petugas pemeriksa nggak mau juga karena langsung petugas karantina yang memeriksa, dengan kata lain burung-burung tersebut akan disita. Dalam hati aku salut sama petugas yang gak mau disogok itu. Lalu gak lama pemilik burung disuruh turun lagi. . 7 menit kemudian penumpang yang dari awal melihat kejadian itu dari kaca Bus bersorak sambil berkata,

“Lolos satu”

“Lolos juga”

“Wah, lolos semua.”

Satu persatu pemilik kotak burung kembali dari pos pemeriksaan dengan menenteng kotak burung miliknya. Mereka bisa lolos stelah membayar sejumlah uang Ada yang membayar Rp 300.000, dan ada yang membayar Rp 100.000 sesuai dengan jumlah burung yang dibawa. Weleh.., ternyata sikap petugas yang menolak sogokan Cuma sandiwara!. Padahal sogok dan menyogok itu dilaknat oleh Allah, seperti yang Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bilang :


“Allah melaknat orang yang menyogok dan menerima sogok”

(HR. Ahmad dan Tirmidzi)



Didalam riwayat lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bilang:


“Rasulullah melaknat orang yang menyogok dan menerima sogok dan yang menjadi perantara dalam menyogok”

(HR. Ahmad, Bazzar dan Thabrani)


Bocah Pengumpul Koin


Pukul 15.00 selesai dan kami menaiki kapal H. M Baruna I. Saat ingin kesamping kapal untuk melihat pemandangan laut, aku kaget saat seorang bocah melompat dari pinggir kapal. Karena penasaran aku dekati pinggir kapal itu. Ternyata bocah yang tadi kulihat terjun sudah berenang bersama seorang temannya yang sudah terjun lebih dulu. Dari sampingku para penumpang melemparkan uang koin, bocah itupun dengan sigap menangkapnya dengan menyelam dan memasukannya didalam mulut. Akupun kembali kedalam kapal untuk minta uang koin sama mamakku. Tapi sayang, gak ada. Akhirnya mbahku lah yang punya satu buah koin Rp 1000. Tanpa buang-buang waktu lagi akupun langsung pergi kepinggir kapal untuk melemparkan koin. Tapi tau nggak?. Saat melemparkan koin ternyata aku salah strategi, seharusnya koin itu kulemparkan agak jauh dari posisi bocah pengumpul koin itu menunggu, tapi saat itu aku malah melempar koin itu tepat dimana bocah itu menunggu. Akhirnya dengan santai bocah itu langsung menangkap koin itu, tanpa harus susah-susah menyelam. Weleh..welweh…,gak jadi deh aku ngeliat atraksi menyelam mereka.

Nah, itu dia para bocah pengumpul koin di Bakauheni. Mereka rela mengambil resiko kedingingan, tersangkut pancing bahkan tenggelam demi mendapatkan rezeki yang halal. Hal ini tentu disenangi sama Allah.

Rasulullah SAW bilang :


Sesungguhnya Allah Ta’ala senang melihat hamba-Nya bersusah payah (kelelahan) dalam mencari rizki yang halal.”

(HR. Adailami)



Rasulullah SAW juga bilang :


Sesungguhnya bekerja mencari rizeki yang halal itu merupakan kewajiban setelah ibadah-ibadah fardhu.”

(HR At-tabrabi dan Baihaqi)


Suka Bertanya, Nggak Jalan-Jalan


Setelah menaiki kapal Feri sekitar 4 jam dari Bakauheni, pukul 6.00 kami tiba di merak. Bus memasuki Jakarta pukul 20.15. Bus baru berhenti untuk istirahat sekitar pukul 09.57 di Purwakarta. Setelah lebih kurang 15 menit istirahat, Bus melanjutkan perjalanan. Tau gak, sebenarnya aku, mamak dan mbahku gak tau harus berhenti dimana. Aku belum pernah ke Bandung, mamak dan mbahkupun udah lama banget ngak ke Bandung. Walhasil kamipun kebingungan mau turun dimana. Setelah bertanya dengan Bi Darsih lewat HP, Bi Darsih menganjurkan untuk berhenti di Pasir Kojak, Bandung. Lalu mamakkupun bilang dengan sopir, kenekpun bilang lain lagi. Sang kenenk menganjurkan berenti di Cilenyi. Karena bingung, lagi-lagi kutelfon Bi Darsih. Weleh, ternyata, Cilenyi itu lebih jauh lagi dari Pasir Kojak. Akhirnya Bi Darsih menganjurkan untuk turun di Gerbang TOL Padalarang Barat. Tapi kawan, kami gak berhenti di Gerbang TOL alias kelewatan, kami diturunkan di TOL nya, bukan di Gerbang TOL nya!.

Ketika turun, dari arah pinggir sebelah kiri ada orang yang ngasih tanda dengan senter kepada kami. Ternyata, kami turun tepat didekat tembok (pingir jalan TOL) yang dijebol (gak tau siapa yang menjebol). Lalu seorang pemuda gondrong, menggunakan jaket hitam mendekati kami dan mengajak kami untuk mengikutinya lewat ke tembok jebol. Melihat banyaknya barang yang kami bawa, pemuda gondrong pun membantu membawakan barang kami. Tak lama kawan si gondrong muncul dari balik tembok jebol untu membantu membawakan barang kami. Kami harus menaiki tangga kayu untuk melewati tembok jebol itu. Mulanya, kami kira pemuda-pemuda ini adalah utusan Bi Darsih untuk menjemput. Untung aja mamakku nanya.

“Eh tunggu dulu, ini siapa?."

Bukannya menjawab sipemuda malah balik nanya.

“Ibu mau kemana bu?. Yu kami antar.”

Usut punya usut, ternyata pemuda itu adalah tukang ojek,dan kami ketahui bahwa kami berada di Cilame. Saat ku liat jam di HP ku, jam menunjukan pukul 22.15. Setelah bernegosiasi akhirnya disepakati ongkos sampe pintu kereta Rp 20.000 untuk 3 orang. Sekitar 12 menit perjalanan kamipun tiba di pintu kereta. Ternyata tempat itu disebut pintu kereta karena jalan aspal untuk kendaraan dilintasi oleh rel kereta api. Palang dan lampu peringatan diletakan sebagai tanda peringatan bagi pengendara kendaraan bermotor agar tidak tertabrak kereta api. Di pintu kereta kami di jemput oleh Bi Darsih. Dari pintu kereta kami kembali naik ojek menuju Desa Pasir Halang, rumah Bi Darsih.


Ritual Sebelum tidur


Secapek apapun kamu, jangan tinggalkan ritual sebelum tidur yang udah dicontohin sama Rasulullah. Begitu juga aku, dimanapun aku berada aku selalu berusaha menjalankan ritual sebelum tidur yang uda di contohin Rasulullah.

Perjalanan ke rumah Bi Darsih cukup membuat spot jantung. Jalanan yang mendaki membuat aku deg degan, takut kalo motornya gak ndaki atau tiba-tiba motornya mati, kan bisa repot. Sekitar 20 menit akhirnya kami sampai di rumah bibiku yang terletak kampung Babakan Cinta Desa Pasir Halang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Saat kulihat jam, jarum panjang dan pendeknya menunjukan angka 12. Setelah mengobrol sebentar dan makan akupun tak kuasa lagi untuk memejamkan mataku. Sebelum itu akupun berusaha menjalankan ritual sebelelum tidur yang biasa ku lakukan. Beginilah kondisiku menjalankan ritual sebelum tidur kalo udah ngantuk berat. Dengan mata yang sudah berat aku menuju kamar mandi untuk berwudhu. Setelah selesai berwudhu aku bergegas ke dalam kamar untuk berbaring. Setelah berbaring, dengan mata terpejam aku paksakan untuk membaca tiga kul (Al-Ikhlas,Al-Alaq dan An-Nas). Setelah mengusap mukaku aku lanjutkan membaca ayat Kursi 3 kali. Setiap satu kali selesai membaca ayat aku sapukan ke seluruh badanku, kecuali telapak kaki. Masih dengan mata terpejam karna gak kuat lagi pengen tidur, aku tutup ritual sebelum tidurku dengan membaca do’a tidur.


Ninja Hatori


Pagi pertama di rumah Bi Darsih, badan yang kelat karena udah gak mandi berhari-hari bikin aku gak sabar buat mandi. Ternyata walaupun didalam rumah, kamar mandi Bibiku letaknya disamping kandang sapi perah milik tetangga. Dan yang paling parah, walaupun daun pintunya bagus, tapi gak ada kuncinya!. Saat mandi, guyuran air pertama bikin badanku mengigil, airnya luar biasa dingin. Usut punya usut, ternyata air itu berasal dari gunung!.

Jam 8.00 aku, mamakku, mbahku dan Bi Darsih silaturahim ke tempat sanak saudara dari mbahku.


Wat taqullâhal ladzîna tasâalûna bihî wal arhâm. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, yang dengan nama-Nya kamu saling memohon dan peliharalah silaturahim

(QS. An-Nisa : 1)


Barangsiapa yang senang jika dilapangkan rizkinya atau diakhirkan ajalnya, hendaknya ia menyambung tali silaturahmi

(HR. Muslim dan HR Bukhari)


Ya, Desa Pasir Halang ini memang tempat masa kecil mbahku yang perempuan. Tujuan pertama adalah ke kampong Pasir Halang. Perjalanan kesana sungguh sangat menantang. Jalan yang berkelok – kelok dan naik turun bukit bikin aku ingat dengan lagu kartun Ninja Hatori yang suka ku tonton dulu. Seperti ini lagunya :


Mendaki gunung lewati lembah

Sungai mengalir indah ke samudera

Bersama teman bertualang….


Nah, ternyata jalan “Ninja Hatori” itu bikin penyakit Asma mbahku kambuh. Sementara mamakku lututnya ngilu. Disepanjang jalan mbahku ngomel-ngomel minta dicariin ojek, tapi Bi Darsih nggak mau, soalnya jalan yang curam dan berbatu batu tajam bikin takut jatuh.Akhirnya kami sampai di tempat tujuan tanpa ojek alias jalan kaki. Dari kampung Pasir Halang perjalanan dilanjutkan ke kampung tugu, jalan yang mendaki membuat mbahku lagi-lagi ngomel minta dicarikan mobil oplet, ojek atau apa kek buat tumpangan. Karena asma mbahku kambuh, aku mengusulkan untuk istirahat disebuah warung, guna beli air untuk minum obat asma mbahku. Setelah istirahat kira-kira 5 menit, kami memutuskan untu melanjutkan perjalalan ke kampong Tugu, beruntung sebuah mobil pengangkut sayur yang kebetulan kosong lewat, Bi Darsihpun menyetop mobil dan minta izin utuk ikut. Alhamdulillah, sang sopirpun mengizinkan, yah walaupun nggak sampai tujuan, tapi lumayan lah.

Sampai ditempat perhentian mobil, kami melanjutkan dengan berjalan kaki, akhirnya sekitar 10 menit berjalan kamipun sampai ditujuan. Setelah mengunjungi dua rumah di jampung Tugu, kamipun melanjutkan perjalanan ke kampung Cikarang Mulya, yaitu kerumah teman SD mbahku. Dalam perjalanan ke kampong Cikarang Mulya kami melewati kampong Sindang Sari. Nah, dari Cikarang Mulya mbahkupun yang secara aklamasi menjadi ketua rombongan memutuskan untuk pulang ke kampong Babakan Cinta, rumah bi Darsih. Saat sampai di sampai di rumah Bi Darsih, kulihat jam di HP ku menunjukan angka 12.00 wib.



Masjid Dana Qur’an


2 Juni, 2011, seperti biasanya, aku selalu terbangun menjelang sholat subuh. Biasanya sih menjelang subuh aku qilamun lail dulu dan mandi. Tapi sejak dalam perjalanan ini, qilamunlail dan mandi pagi ku hilang. Setelah berwudhu akupun mengenakan peci yang ku beli di dalam bus saat bus mau keluar dari Fery di Merak. Peci seharga Rp 5000 yang kata penjual itu asli buatan banten. Setelah tampil oke, ku kenakan parfum non alkohol. Setelah rapid an wangi, akupun bergegas ke Masjid. Ya, dimanapun dan dalam kondisi apapun aku selalu berusaha untu sholat di Masjid. Karena, sholat di Masjid itu emang wajib buat kaum adam. Begitu wajibnya sholat sampai-sampai orang yang butapun harus sholat berjamaah di Masjid.

Dan dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:


Seorang laki-laki buta datang kepada Nabi dan berkata: "Wahai Rasulullah, aku tidak mempunyai penuntun yang akan menuntunku ke Masjid. Maka dia minta keringanan untuk shalat di rumah, maka diberi keringanan lalu ia pergi, beliau memanggilnya seraya berkata : "Apakah kamu mendengar adzan?. Ya, jawabnya. Nabi berkata:"Kalau begitu patuhilah (hadirilah)!"

(HR. Muslim)



Sepulang dari sholat subuh, kuambil Qu’an ku yang berwarna merah. Ya, Qur’an itu meman selalu ku bawa kenanapun aku pergi. Dengan lampu yang bikin sakit mata aku paksakan untuk tilawah dua halaman.


Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

( Al Ankabuut 29 : 45)



Setelah itu akupun bersih-bersih tanpa mandi. Sejak disini aku Cuma mandi satu kali sehari. Soalnya airnya duingin buanget!.



Manis


Pukul 5.50 setelah menyeruput teh, aku, mamakku dan Bi Darsih pergi ke Pasar. Agenda utamanya adalah belanja untuk pesta pernikakan anak bi Darsih, Nur Jamila. Dan yang paling penting aku mau beli makanan yang sudah lama ingin ku rasakan, Oncom. Bibi dan mamak pergi duluan dengan ojek. Sedangkan aku diantarin oleh Ipin sepupuku. Ipin adalah aa’ nya Nur Jamila. Jam 6.08 nyampe pasar Curug Agung. Setelah belanja bi Darsih mengajak aku dan mamakku sarapan Kupat Tahu. Kulihat banyaknya pembeli yang antri,

“Wah pasti enak.” Kataku dalam hati.

Setelah lumayan lama menunggu Kupat Tahupun dihidangkan. Saat suapan pertama, rasa manis langsung menyergap lidahku. Nggak ada rasa pedas sedikitpun. Padahal, aku nggak suka manis dan sangat suka pedas. Tapi ya udalah, lagian perutkupun dari pagi belum diisi. Akhirnya ludes juga deh tuh si Kupat Tahu.



Hak


Dengan mengendarai oplet aku pulang duluan dengan belanjaan yang cukup banyak. Jam 8.14 nyampe rumah. Gak lama, Bi Darsih dan mamakku pulang. Setelah istirahat sebentar, Bi Darsih ngajak aku ke kebunnya buat nyari lejet (labu siem) dan lencak (sejenis rimbang, Cuma lebih pahit). Lebih kurang 25 menit, penen lejetpun beres. Dengan sekantong besar plastik ukuran 20 kilo aku pulang duluan. Sementara yang lainnya meneruskan panen lencak. Sampe rumah, perutku protes karena belum dipenuhi haknya. Akhirnya akupun makan. Setelah makan, eh mata minta dipenuhi juga haknya, akupun memenuhi hak mata.


Sesungguhnya Tubuhmu Punya Hak atas Dirimu

(HR. Imam Muslim)


Asyiknya Rewang


Hari-hari berikutnya, kami disibukan dengan acara rewang (masak-masak bersama). Ya, Nur Jamilah, ank bontot dari bi Darsih dan mang Encang akan melangsungkan pernikahan. Para saudara (dari pihak mang Encang) dan tetangga bi Darsih berdatangan untuk mempersiapkan acara itu. Ada yang masak daging, ada yang masak air, ada yang masak sambal dan lain-lain. Pokoknya semua bekerja sama demi terselenggaraanya acara pernikahan itu. Aku juga gak mau kalah, aku ikut mengupas sekarung kentang. Lumayan, pegel. Acara rewang berlangsung selama tiga hari.


”Hendaklah kamu tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah saling membantu dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras dalam hukuman-Nya.”

(QS. Al-Maidah 5:2)



Lain Padang Lain Belalang


Prosesi pernikahan di Desa Pasir Halang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat ini berbeda dengan di daerah Sumatera pada umumnya. Seperti kata pepatah,”Lain Padang Lain Belalng. Tapi, perbedaan yang Allah ciptakan itu pasti punya maksud.


Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal

(Al-Hujarat : 13)


Oh iya, ini prosesi yang bisa kuingat waktu itu :


Hiji, satu hari sebelum akad dilaksanakan, pihak calon pengantin wanita udah menerima tamu. Calon pengantin wanita duduk di Pelaminan didampingi orang tua dan dayang-dayang.

Dua, “Seserahan” di antar pada hari akad nikah. Seserahan diantaranya terdiri dari bahan masak seperti kelapa, seekor kambing, kue tart (bolu), uang dan lain-lain.

Tilu, setelah acara seserahan, prombongan dari pihak pria dipersilahkan makan dulu sebelum dilaksanakan akad nikah dan menjelang akad nikah itu, calon pengantin sudah disandingkan (duduk berdua) dipelaminan, didampingi orang tua dan dayang dayang.

Opat, setelah akad, diadkan acara pecah kendi.

Lima, Setah prosesi pecah kendi, dilanjutkan dengan acara saweran. Pas acara ini tuan rumah ngelemparin uang kepada masyarakat. Dalam melemparkan uang diselingi dengan canda seorang pembawa acara. Lemparan uang dilakukan lebih dari satu kali, sampe uang habis.

Genep, setelah acara saweran selesai pengantin wanita masuk kedalam rumah, sedangkan pengantin pria tetap diluar. Lalu dari balik pintu juru bicara pengantin pria bermain kata dengan juru bicara pengantin wanita, intinya pihak pengantin pria meminta diizinkan masuk buat ketemuan dengan pengantin wanita. Setelah diperbolehkan masuk, pengantinpun disandingkan.

Tujuh, malam harinya masyarakat berduyun-duyun datang. Mereka duduk dilantai (tanah) yang dialasi tikar, di teras rumah dan tempat lain yang bisa dijadikan tempat duduk. Pokoknya, mereka mengelilingi sebuah panggung. Eits, tapi nanti dulu. Mereka antusias begini bukan karena pengen nonton orgen tunggal. Mereka datang pengen mendengarkan ceramah dari seorang ustadzah. Kalo yang kupahami, khutbah yang disampein itu yang tentang nikah dan rumah tangga.

Oh iya, sebelum ceramah dimulai. Dari habis magrib group robbana yang personilnya anak-anak nampil duluan. Grop rabbana ini ada dua, satu tradisional dan satu modern. Nah, sekitar pukul 20.00 acara raobbana pun selesai dilanjutkan dengan kata smabutan dari tokoh-tokoh masyarakat. Abis itu, baru deh ceramah.



Buang Muka


Satu minggu sudah aku berada dibandung, selama disana aku uda nyicipin daging bebek peking, daging kelinci, ngaredok, oncom, kupat tahu, lalap lejet dan minum susu sapi Perah yang langsung di peras dari sapi yang berada dikandang sapi disamping kamar mandi rumah Bi Darsih. Selasa malam, 7 Juni 2011, kami memutuskan untuk pulang. Tapi sebelum pulang rombongan yang terdiri dari aku, mamakku (Lasmi), mbahku, Rohati, Mamangku (Sarjuk) dan Bibiku (Jumsah) dan adik ipar mamangku (Erna) mampir ke Bogor. Kami melewati jalur puncak yang jalannya berkelok-kelok. Nah bagi kawan-kawan yang tukang mabok aku saranin buat tidur aja jika lewat jalur puncak karena jalan yang berkelok-kelok bisa bikin mabok berat dan muntah muntah. Sayangnya, karena malam, aku nggak bisa liat keindahan jalur puncak. Padahal kata mamangku, pemandangan melewati jalur puncak sangat indah. Pas nyampe dipuncak udara yang mulanya biasa-biasa aja berubah jadi dingin banget!. Aku sampe ngigil lho.

Seingatku jam 1 dini hari kami nyampe di Bogor, tepatnya di Desa Pabuaran, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor. Malam itu kami istirahat di Rumah mertua mamangku, alias orang tuanya Erna. Pas masuk rumah, eh si Novri dengan celana pendeknya (astagfirullah) menyambut kedatangan kami. Akupun masuk sambil buang muka kearah lain demi menghindarkan pandangan dari sesuatu yang haram.


"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman : "Hendaklah mereka menahan pandangannya"

(An-Nur : 30)


Selama didalam pun aku gak mau liat kearah Novi dan males nyapa dia. Padahal, aku sudah kenal dengan Novi sejak taun 2010 di Palembang yaitu waktu aku menghadiri peringatan 100 hari wafatnya mbah Dartak. Setelah minum kopi dan makan mi hangat. Kamipun tidur.



Malu Bertanya Jalan Jalan


Saat Masjid mengalunkan murotalnya, aku terbangun. Setelah menanyakan lokasi Mesjid kepada mamangku akupun bergegas mencari masjid yang ditunjukan mamangku. Lumayan jauh ternyata ;). Pulang dari masjid, aku mandi. Setelah sarapan, aku, mamakku, mbahku, mamangku dan bibiku pergi ke rumah kakak dari mbah laki-laki ku, Dartak. Setelah naik turun oplet dan menyebrangi kali baru kami tiba di rumah kakak mbah Dartak. Malam kedua di Bogor itu, kami nginap dirumah kakak mbah Dartak. Dalam hati aku seneng, karena disini lebih aman. Aku gak usah capek-capek jaga pandangan, karena disini kakaknya mbah Dartak tinggal sendirian.

Saat adzan berkumandang, mamak membangunkan aku. Akupun berwudhu dirumah, karena aku pengen ketika perjalanan ke Masjid aku dalam keadaan berwudhu. Tau gak, sebenernya aku gak tau posisi masjidnya dimana, jadi suara adzan itulah yang aku jadikan panduan arah jalanku. Tapi, baru seperempat perjalanan menuju Masjid, adzan berhenti. Weleh, aku jadi bingung. Jalan setapak yang terbuat dari semen itu banyak bener belokannya. Sebenernya, banyak orang yang duduk didepan rumahnya, tapi karena mereka bergerombol, aku jadi malas bertanya. Setiap ada gerombolan orang yang ngumpul dipinggir jalan, aku menghindar dengan mencari belokan jalan lain. Akhirnya, karena gak mau bertanya, selama lebih kurang 15 menit aku berputar-putar komplek permukiman warga didekat kali baru itu, Masjid yang kucari gak ketemu-ketemu juga. Akupun memutuskan untuk pulang kerumah, itupun sempet nyasar juga. Dalam hati kau nyesel banget, gara-gara malu bertanya aku jadi jalan-jalan gak jelas dan gak sholat jama’ah di Masjid. Astagfirllah…



Waktu Adalah Kesempatan


Setelah 2 hari di Bogor, Rabu pagi kami pun melanjutkan perjalanan. Karena Erna gak ikut, rombongan yang berangkat ke Palembang adalah aku, mamak, mbah, mang Sarjuk, bi Jumsah dan nurianto (terman mng Sarjuk yang kebetulan juga pulang ke Palembang). Dari Bogor kami berangkat ke Terminal Rawamangun Jakarta. Kami diantar oleh adiknya mertua mang Sarjuk dengan mobil Xenia.

Dari tiket yang dibeli, seharusnya kami berangkat dari Terminal Rawamangun pukul 14.00. Tapi sudah jam 15, tu bus belum datang-datang juga. Dalam hati aku kesal, karena keterlambatan bus itu. Padahal, waktu itu sangat berharga. Islam sendiri sangat menghargai waktu. Bahkan didalam Al-Qur’an Allah bersumpah dengan waktu.


Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran

(Al-´Ashr 103 : 1-3)


Pukul 15 lewat, Bus Harum Sari yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Setelah kru Bus menaikan barang dan mengecek penumpang, pukul 15 .20 Bus pun berangkat.



Si Putra Banten


Pukul 18.40 tiba di pelabuhan Merak. Bus naik ke kapal Ferry bertuliskan Putra Banten berwarna oren putih. Sampai dikapal aku langsung mencari Mushola untuk berwudhu dan sholat magrib. Sehabis sholat Magrib, aku mengqashar shalat Isya.


“Peliharalah semua sholat dan sholat wustha dan berdirilah dengan tenang karena Allah. Jika kamu dalam ketakutan, sholatlah dengan berjalan kaki atau berkendaraan. Jika kamu dalam keadaa aman, ingatlah kepada Allah dengan cara yang telah diajarkan kepada kamu yang mana sebelumnya kamu tidak mengetahui (cara tersebut)”

(QS. Al Baqarah : 238)


Ada yang aku sukai dari si Putra Banten dan gak ada di kapal Fery lain. Apa itu?. Ni…


Hiji, fasilitas sholat, seperti tempat wudhu, musholah, sajadah dan mukenah tersedia dan dalam keadaan bersih. Sehingga sholatpun terasa nyaman.

Dua, menjelang waktu Isya dari speaker didalam kapal mengalun murotal.

Tilu, saat waktu Isya tiba, seorang petugas kapal mengumandangkan Adzan dan langsung mengimami sholat.

Mmmmmm, seandainya semua kapal Fery yang gini, pasti asyik…. ;)



Lobang Pengingat Tuhan


Pagi, sekitar pukul sembilan kami turun di simpang belimbing. Dari simpang belimbing, kami naik oplet menuju pendopo. Jalan tanah yang berlobang membuat aku dan mamak banyak menyebut nama Allah. Kok bisa?. Ya iya, setiap ban mobil masuk kelobang, guncangan yang kadang kadang bikit badan sedikit melambung bikin kami kaget.

“Gubrak!”

“Astagfirllah!.”

“Gubrak!”

“Allahhu Akbar!.”

Ya, gitu deh….


Banyaklah olehmu menyebut Allah disegenap keadaan karena tak ada sesuatu amal yang lebih disukai Allah dan tak ada yang sangat melepaskan hamba dari suatu bencana di dunia dan akhirat dari pada menyebut Allah

(HR: At Tabrany )


Bakso


Sekitar 1 jam perjalanan, bencana jalan berlobang yang bikin kami banyak menyebut nama Allah usai. Kami tiba dan turun di pasar pendopo. Di situ kami menyempatkan diri untuk sarapan. Aku yang gak sadar bahwa selama ini suka Bakso pun memesan Bakso. Yah, setiap daerah yang ku singgahi aku memang selalu mencicipi Bakso. Tapi tau nggak, gak ada yang bisa ngalahin Bakso langganan ku di Pekanbaru. Semua Bakso yang ku rasakan gak seenak Bakso langgananku di Pekanbaru. Tapi aku lahap juga ding, soalnya laper banget.

Emang bener kata kata Bu Aliyem, guru SD ku dulu :”Lauk yang paling enak adalah lapar”. Tapi aku nambahin lagi, selain lapar sehat juga sangat mempengaruhi nikmatnya makan. Tapi nikmat kesempatan juga penting lho, kalo gak dikasih nikmat kesempatan gimana pula mau makan Bakso?. Oh iya, nikmat indera juga penting, soalnya kalo nggak ada nikmat penglihatan susah juga makan Bakso, terus kalo lidah dah mati gak terasa deh tu bakso. Terus…,terus…terus. Ah pokoknya semua nikmat-nikmat itu penting deh buat makan Bakso!. Bayangin aja kalo satu nikmat ilang, wah…,bisa nggak sempurna deh rasa enaknya makan Bakso. Terus, siapa sih yang ngasik kenikmatan itu, tau gak?. Kalo gak tau nyemplung aja ke sumur!.

Yup betul, Allah lah yang ngasik nikmat-nikmat itu. Tapi nggak cuma nikmat-nikmat yang aku sebutin diatas aja lho. Masih banyaaaaak lagi nikmat Allah yang Allah kasihkan sama kita. Pokoknya gak bisa diitung …

كَفَّارٌ لَظَلُومٌ الْإِنْسَانَ إِنَّ تُحْصُوهَا لَا اللَّهِ عْمَةَ تَعُدُّوا وَإِنْ


“Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak mampu untuk menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (ni’mat Allah)”

(QS Ibrahim 14 : 34)



Keong Emas


Pukul 12.01 kami bertolak dari Pendopo ke Teran, tepatnya di Desa Rukun Rahayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Jalan yang berdebu dan bergelombang bikin aku gak tahan pengen nyebur ke air. Pukul 14.02 kamipun sampai, aku, mamak dan mbah nginap di rumah mang Sarjuk. Sedangkan bi Jumsah dan Nurianto pulang kerumashnya masing-masing. Aku memilih untuk langsung mandi di Dam (bendungan air) yang terdapat dibelakang rumah mang Sarjuk.

Sehabis mandi dan sholat akupun makan dengan lauk semangkok sambak keong. Sumpe enak banget. Baru kali ini aku bisa makan keong sampe puas. Kalo di kampung (Lirik), paling-paling Cuma 3-4 ekor keong yang digoreng. Tapi disini, wuih..., semangkok!. Oh iya, keong termasuk hewan yang halal dimakan lho. Gak percaya?, ni die…



"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"

(Al-Maidah : 3)


Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:


“Setiap binatang buas yang mempunyai gigi taring adalah haram dimakan.”

(HR Muslim)



Sehabis memenuhi hak perutku, akupun ingin memenuhi hak mata dan tubuhku. So, akupun merebahkan tubuhku diatas kasur kapuk yang dihiasi kelambu. Sorenya sehabis mandi dan sholat Asyar aku men ke tempat Bi Jumsah. Aku ke sini pengen liat si Nyunyu. Tau gak siapa itu si nyunyu?. Nyunyu itu monyetnya bi Jumsah ;)



Bertamu Ke Makam


Malam hari di Rukun Rahayu aku lewati dengan bermain dengan keponakanku, rame euy!. Paginya, aku diajak Silaturahim ke makam Mbah Dartak.


كنتُ نهيتكم عن زيارة القبور، فزوروها فإنها تذكركم الآخرة


“Dahulu aku melarang kalian untuk berziarah kubur. Maka sekarang berziarahlah kalian, karena sesungguhnya hal itu mengingatkan kalian akan hari akhirat”

[HR. Muslim (977), Abu Dawud (3235), Tirmidzi (1054), Nasaai (4/89), Ahmad (5/356) dan selain mereka dari hadits Buraidah]



Sebelum sampai kepemakaman, mbak Rohati nunjukin batas-batas tanah yang diwariskannya kepada mamak ku.

Makam mbah Dartak, berada dibelakang rumah mbah Dartak itu sendiri. Sekarang rumah mbah dartak ditempati oleh mang Juned. Beberapa meter tanah dijadikan tempat pemakaman keluarga. Di pemakaman itu, kalo gak salah uda ad 5 makam termasuk makam mbah Dartak disitu. 4 nya makam sanak saudara dan satu makam tetangga yang minta tolong untuk boleh dimakamkan disitu.

Di pemakaman itu. Mamak menyapu dan mbahku nyabuti rumput di pemakaman keluarga itu, sedangkan aku hanya duduk sambil menatapi makam. Kami menutup Ziarah itu dengan menyiramkan air bunga di atas makam-makam di pemakaman itu. Walaupun sebenarnya aku enggan ngelakuin itu, soalnya aku gak tau dalilnya apa nyiramin air bunga ke makam gitu. Tapi aku gak enak dengan mbah.

من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد


“Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak berasal dari perkara agama kami, maka amalannya tertolak”

(HR. Muslim 1718])


Akhirnya Nyampe Rumah


Setelah 3 hari di Rukun Rahayu. Sore, pukul 15.10 aku, mamak dan Eka (anak bi Jumsah) bertolak dari Rukun Rahayu ke Jirak. Di Jirak kami nginap di tempat bi Nur. Paginya kamipun menuju Betung. Dari Betung kami ngoplet ke Rumah makan Musi Indah, disana kami mencari Bus untuk pulang ke Lirik-Riau.

Lama menunggu, akhirnya sebuah Bus kecil keluar dari rumah makan Musi Indah. Melihat kami di Pinggir jalan Bus pun berhenti. Lalu kamipun nego. Ternyata negopun gak berhasil. Buspun berangkat, dan kami menunggu bus lain. Satu jam lebih menunggu, Bus yang biasanya banyak keluar dari parkiran Rumah makan Musi indah gak nongol-nongol juga. Mamakkupun menawari aku untu makan dulu. Tapi belum lagi aku masuk ke Kedai Nasi, seorang lelaki yang mengendarai sebuah mobil Privit, bertanya kepadaku.

“Mau kemana?.

"Riau."

“Ya uda naik ini aja”

“Tanya la bang sama Bos?. Jawabku sambil menunjuk mamak yang sudah berada di depan Kedai nasi. Laki-laki itupun turun dan menemui mamakku. Setelah nego dan cocok, kamipun naik. Pukul 12. 32 akhirnya kamipun tiba Di Lirik. Aku langsung menelfon Abah buat jemput kami di simpang. Gak lama Abah ku dengan Jupiter Mx dan Abangku denagan Mio tiba. Tanpa basa basi lagi, kami pun pulang. Alhamdulillah akhirnya sampe juga dirumah. Dan selama dalam perjalanan ini Aku tetap sehat, walaupun kondisi fisik lelah.

وَالْفَرَاغُ الصِّحَّةُ ،النَّاسِ مِنَ كَثِيرٌ فِيهِمَا مَغْبُونٌ نِعْمَتَانِ


”Ada dua kenikmatan yang banyak dilupakan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang”

(HR. Bukhari&Muslim)



Wallahualam Bishawab



Template by:
Free Blog Templates